Jangan mudah mengisolasi diri, bertemanlah dengan semua golongan. Kalangan terkecil hingga kalangan terbesar. Orang-orang sholeh dan orang yang masih tolah-toleh. Anak kecil hingga orang tertua dan kalangan ahli taat sampai ahli maksiat.
Mereka juga butuh terhadap sentuhanmu, butuh terhadap sedikit pengajaran ilmu yang sudah pernah engkau pelajari, butuh terhadap sedikit harta yang engkau miliki.
Janganlah suka memilah-milih teman. Bolehlah teman sholeh yang kau jadikan teman akrab, tapi jangan pernah meninggalkan teman-teman yang masih belum berada pada jalan yang benar. Belajarlah dari semua kalangan, semua golongan dan tancapkan dalam hatimu bahwa orang yang paling tidak mulia di bumi ini adalah dirimu.
Perenungan
Status yang tertuliskan ini ditulis pada 30 Juli 2016, tepatnya 2 bulan yang lalu. Setelah saya pikir-pikir memang sangatlah benar dan membantu.
Saya punya teman mulai dari pembunuh, pembegal, narkoba dan segala kejahatan lain, begitu pula saya kenal dengan para alim Ulama atau kiai, mulai kiai tingkat kecamatan hingga tingkat international.
Butuhnya bersahabat dengan mereka adalah ketika suatu saat nanti kita ada hajat mereka tidak akan meninggalkan kita. Hidup dengan orang banyak memang harus tahan mental, harus tidak mudah sakit hati.
Berkata Imam Syafi’i di dalam Diwannya:
إذا رمت أن تحيا سليماً من الردى | ودينك موفور وعرضك صين
فلا ينطقن منك اللسان بسوأةٍ | فكلك سوؤات وللناس السن
وعيناك إن أبدت إليك معايباً | فدعها وقل يا عين للناس أعين
وعاشر بمعروفٍ وسامح من اعتدى | ودافع ولكن بالتي هي أحسن
ديوان الإمام الشافعي / 114
المخلاة / 130
Jika engkau ingin hidup tanpa kehinaan,
(yang mana) agama dan kehormatanmu senantiasa terjaga.
Maka janganlah terucap darimu keburukan seseorang,
Karena setiap yang ada padamu adalah aib dan manusia memiliki lisan (untuk mengumbar aibmu).
Jika matamu menampakkan padamu aib-aib orang lain.
Tinggalkanlah, dan katakan: “wahai mata (yang melihat aib orang lain), mereka juga punya mata (yang melihat aibku)”
Dan bergaullah engkau dengan baik, serta maafkan orang yang dzalim padamu.
Boleh engkau lawan orang dzalim itu namun dengan cara yang lebih bijak. (*)
Wallahu Musta’an
Salam Takdzim
Ahmad Zain Bad.
An Nur II Bululawang Malang.
Sumber : Santri News